Berbagai organisasi mahasiswa Indonesia, sedikitnya empat negara bagian di Australia menyelenggarakan acara memperingati 10 tahun meninggalnya Munir Said Thalib.
Munir meninggal 7 September 2004 dalam perjalanan menuju ke Amsterdam, dan sampai sekarang masih belum ada kejelasan dalang pembunuhan aktivis hukum dan HAM Indonesia tersebut.
Di Australia, peringatan 10 tahun terbunuhnya Munir dimulai dari Canberra, diinisiasi oleh Persatuan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) negara bagian ACT dan Indonesia Synergy.
Lalu, peringatan itu menular ke Sydney, Melbourne dan Brisbane. Di Canberra, kegiatan peringatan ini disebut Canberra Menolak Lupa.
Isinya antara lain berbagai kegiatan yang dimulai dari 24 Agustus, dengan lomba Sastra menolak lupa di seluruh dunia, 2 September (film, diskusi panel dan musikalisasi puisi munir), juga 6 September (walk for justice). Design poster "Indonesia Menolak Lupa" dan "Canbera Menolak Lupa".
Design "Canberra Menolak Lupa", bekerjasama dengan designer pecinta HAM di Jakarta. Design tersebut kemudian disebar ke seluruh dunia lewat sosial media.
Selain di Canberra, di Universitas New South Wales, Sydney, hari Rabu, 3 September 2014 juga diselenggarakan acara memperingati meninggalnya Munir. Peringatan tersebut diisi dengan pemutaran film dan diskusi.
Hari Jumat, 5 September 2014, PPIA Universitas Queensland di Brisbane menyelenggarakan diskusi dengan tema: "BRISBANE Menolak Lupa – Peringatan 10 Tahun Munir dan Perkembangan HAM di Indonesia".
Pembicara dalam diskusi ini adalah dosen Kajian Indonesia di Universitas Queensland Dr Annie Pohlman dan dua mahasiswa Indonesia yang sedang menyelesaikan pendidikan doktoral di universitas tersebut Ririn Tri Nurhayati dan Pan Mohamad Faiz.
Di Melbourne, hari Minggu, 7 September 2014, para mahasiswa dan warga Indonesia lainnya berkumpul di Federation Square guna memperingati hal yang sama.
Menurut Adnan Topan Husodo, yang pernah bekerja di Indonesian Corruption Watch (ICW) dan sekarang sedang melanjuktan pendidikan di University of Melbourne, kegiatan di Fed Square tersebut mirip dengan aksi Kamisan yang biasa dilakukan di Indonesia.
Kegiatan memperingati 10 tahun meninggalnya Munir di Australia ini menurut Bhatara Ibnu Reza memang digagas oleh beberapa mahasiswa asal Indonesia yang sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Australia.
"Gagasan itu kemudian kami sebarkan ke rekan-rekan PPIA, yang kemudian menyelenggarakan acara baik di tingkat negara bagian maupun di tingkat universitas." kata Bhatara, mantan aktivis LSM Imparsial yang sekarang menempuh pendidikan doktoral di UNSW.
Usman Hamid yang pernah bekerja dengan almarhum Munir, sekarang sedang menempuh pendidikan di Australian National University di Canberra.
Ketua Umum PPI Canberra, Shohib Essir menyatakan bahwa peringatan 10 tahun meninggalnya Munir yang diberi judul "Canberra Menolak Lupa " ini didasarkan pada tekad untuk menolak melupakan kekerasan yang terjadi di masa lalu. Ia juga menegaskan bahwa organisasi pelajar seperti PPI tidak akan mendiamkan ketidak-adilan.
“Ilmu pengetahuan hadir bukan untuk dirinya sendiri, tapi ia hadir untuk perubahan sosial,” kata Shohib. (fs)