News Update :

Kunci Hidup Bahagia



Bulan lalu, dunia dihebohkan oleh berita kematian aktor terkenal Hollywood, Robin Williams. Komedian dunia ini cukup dikenal seantro negeri lantaran aksi dan aktingnya yang prima, baik di panggung atau layar kaca. Beberapa film terkenal yang dibintanginya, di antaranya Good Morning Vietnam, Mrs Doubtfire dan serial televisi Mork and Mindy, mendapat perhatian banyak pihak.

Pastinya, karena kemampuan prima aktingnya, Robin mendapat tawaran manggung, bintang iklan dan main film dari banyak pihak. Ia menjadi aktor Hollywood papan atas yang digandrungi dunia. Tak pelak lagi, dollar pun mengalir deras ke kantong pria yang memiliki raut wajah khas ini. Robin tak hanya menjadi bintang Hollywood papan atas, ia juga menjadi jutawan yang memiliki banyak aset, seperti rumah, mobil, tanah dan lainnya. Di mata penggemar dan banyak kalangan di sana, Robin telah sukses merengkuh kebahagiaan. 

Namun, tragedi tak dapat dielakkan. Di akhir hayatnya, bintang film dan komedian terkenal seantero dunia ini wafat dengan cara tragis: bunuh diri dalam posisi terduduk dengan kepala tergantung tali dan tangan yang mengeluarkan darah segar. Visum dokter menyebutkan yang menyebabkan kematiannya adalah nadi yang diputus dan kekurangan oksigen karena tali yang menggantung leher.

Sebelum bunuh diri dengan cara tragis tersebut, beberapa tahun belakangan Robin mengalami kegoncangan jiwa yang hebat. Ketergantungan pada alkohol dan narkoba membuat hidupnya semakin merasa sempit dan tak berarti. Walhasil, Robin mengalami depresi cukup berat. Tak hanya itu, belakangan, ia pun dinyatakan mengidap penyakit Parkinson stadium awal. Naudzubillahi mindzalik.

Saudaraku seiman yang dimuliakan Allah SWT... Terus terang, mengikuti akhir cerita Robin yang tragis itu, membuat bulu kudu ini berdiri. Sedih, rasa takut, ngeri, campur baur menyelimuti diri. Ternyata aktor yang dipuja-puji dunia dan dinilai banyak kalangan cukup bahagia itu, berakhir su'ul khatimah, akhir yang buruk dan menyedihkan, gantung diri lantaran tidak menemukan kebahagiaan yang hakiki.

Peristiwa gantung dirinya aktor kawakan Hollywood ini menyadarkan kembali kepada penulis untuk mencari tahu, setidaknya mereview kembali akan arti kebahagiaan dan kesuksesan yang hakiki tersebut. Tujuannya satu: agar tidak salah melangkah dan tertipu dengan kebahagiaan semu. Bak kilat, pertanyaan langsung terlintas di benak ini. Apakah bahagia itu dan seperti apa sebenarnya bahagia itu? Apakah dengan memiliki mobil mewah, rumah mewah, tanah luas, tabungan yang setiap tahun selalu bertambah di bank, seseorang sudah bahagia?

Apakah dengan meraih popularitas di mata publik dunia, menjadi publik figur, bintang film atau komedian terkenal dunia, seperti halnya Robin Williams, seseorang telah bahagia? Atau dengan menjadi CEO di sebuah perusahaan papan atas dan menjadi politisi terkenal, seseorang telah meraih kebahagiaan?

Sepakat dengan banyak orang, jawabannya, tentulah belum. Sebab, jika ukuran bahagia itu karena memiliki tanah yang luas, menjadi publik figur terkenal dunia, menjadi CEO atau menjadi legislator dan politikus ternama, tentu tidak perlu pusing-pusing mencarinya. Kalaulah parameter kebahagiaan itu dengan memiliki rumah, apartemen dan mobil yang mewah, tentu saja Robin Williams tidak akan terjerumus kepada dunia gelap, narkoba dan alkohol. Bahkan, boleh jadi ia pun tidak akan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri secara tragis jika standar kebahagiaan itu adalah materi.

Namun saudaraku yang kucintai karena-Nya... Di sinilah Robin Williams dan mungkin juga banyak dari “Robin-robin” lainnya salah paham dan akhirnya terjebak dengan kebahagiaan semu tersebut. Selama ini, Robin mengira kebahagiaan itu sebatas menjadi aktor terkenal dunia dengan bergelimangan dollar di tangan. Ia juga keliru menganggap kebahagiaan itu terletak pada materi dan kesenangan dunia belaka, tanpa mempercayai adanya hari setelah kematian.

Tragisnya, karena kebahagiaan hidup tak kunjung diraih,  komedian terkenal ini mengalami depresi berat, kehilangan arah hingga akhirnya terjerumus ke dalam dunia gelap, tergantung pada obat-obatan terlarang, narkoba dan alkohol. Lantaran tak memiliki keyakinan yang kokoh, akhirnya, Robin mengakhiri diri dengan bunuh  secara tragis.

Lantas, dimana kebahagiaan hakiki itu? Suatu hari, penulis pernah mendengar ceramah seorang ustadz. Dalam ceramahnya ia mengatakan, kebahagiaan merupakan suatu perasaan yang berkaitan erat dengan upaya untuk meraih akhirat. Kunci kebahagiaan lanjut ustadz adalah ketika seseorang beriman kepada Allah SWT dan memahami akan tujuan hidup sebenarnya, untuk apa  ia dilahirkan ke dunia.

Singkatnya, kebahagiaan itu terkait erat dengan kondisi psikologi seseorang. Bahagia itu terlihat jelas dari sikap diri kita berupa perasaan yang merasa nyaman, senang, suka cita, damai, tenang, ridha terhadap diri dan menerima dengan ikhlas segala ketentuan yang datang dari Allah SWT.

Jadi saudaraku... Mengukur  kebahagiaan itu sesungguhnya mudah. Indikatornya adalah sejauh mana seorang hamba berinteraksi dengan Tuhan Sang Pencipta dan Maha Pemberi Rezeki. Semakin dekat seorang hamba dengan Tuhannya, maka semakin dekatlah ia dengan kebahagiaan. Sebaliknya, semakin jauh ia dengan Allah SWT, maka semakin jauh pula ia dengan kebahagiaan. 

Seseorang akan meraih kebahagiaan bila ia beriman dan taat menjalankan perintah Allah SWT. Dan kebahagiaan akan segera diraih, bila seseorang intens menjalin relasi dengan Tuhannya. Bahagia terjadi bila seseorang dalam setiap tindak dan lakunya, baik pikiran, tutur kata dan sikapnya semata-mata mengharap ridha-Nya.

Dalam kaitannya dengan ibadah rutin kita, seseorang akan bahagia manakala ia mampu menjaga shalat lima waktu tepat pada waktunya secara berjamaah. Ia pun akan bahagia bila mampu secara istiqamah berpuasa sunnah Senin-Kamis, bersedekah secara rutin, membantu fakir miskin dan anak terlantar serta janda-janda yang tidak mampu.

Tak sekadar itu, seseorang akan bahagia manakala ia mampu menjalin relasi yang baik antara dirinya dengan orang lain. Bahagia pun akan tercipta manakala kita, sebagai seorang ayah mampu berbuat baik dengan anak-anak dan mendidik mereka dengan akhlakul karimah. Dalam hidup berumah tangga, bahagia akan terwujud bila seorang suami mampu berprilaku sopan dan baik dengan istrinya, begitu juga sebaliknya.

Di dunia pekerjaan, bahagia juga akan tercapai bila kita mampu bersikap profesional di dunia kerja kita masing-masing. Seorang pelajar akan bahagia manakala ia sukses belajar dan lulus dari sekolah dengan nilai baik. Seorang pekerja akan bahagia manakala ia mampu menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik, amanah dan mencapai prestasi terbaik di kantornya. Bahkan, seorang office boy akan bahagia manakala ia mampu bekerja baik dengan membuat kopi yang enak bagi atasannya.

Kesimpulannya, janganlah kita keliru memahami arti kebahagiaan. Bahagia akan segera datang manakala kita mampu membangun relasi yang intens dengan Allah SWT. Kuatkanlah keimanan kita kepada-Nya dengan menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangannya. Jalanilah perintah-Nya dengan sungguh-sungguh, insya Allah kita akan terhindar dari peristiwa tragis seperti yang dialami Robin Williams. 

(Rivai Hutapea)
Share Artikel ini :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar