Sejak MK mengukuhkan pasangan Jokowi - JK menjadi Presiden, rakyat Indonesia disuguhi sirkus politik baru.
Diawali dengan drama lempar melempar bola panas subsidi BBM antara kubu PDI P + Jokowi - JK dan Presiden SBY.
Dengan dalih akan terjadi defisit anggaran, Jokowi - JK akan menaikkan harga BBM bersubsidi.
PDI P yang selama ini mengklaim berpihak pada rakyat kecil, tiba-tiba menutup telinga dari jeritan rakyat. PDI P yang dulu walk out saat Rapat Paripurna kenaikan harga BBM, kini all out mendukung Jokowi menaikkan harga BBM bersubsidi. "Dinamika politik", ujar salah seorang kader PDI P.
Dagelan kedua dimunculkan oleh Jokowi saat berbicara di depan para ulama peserta muktamar PKB di Surabaya, Ahad, 31 Agustus 2014.
"Piye iki. Logikanya seperti apa ini. Jadi, tidak efisen, banyak uang yang bocor", demikian ungkap Jokowi. Tanpa sadar, ia sepakat bahkan menirukan ucapan Prabowo tentang kebocoran anggaran.
Masih lekat dalam ingatan, dalam sebuah sesi debat Capres, Prabowo Subianto mengatakan ada kebocoran anggaran. Pendukung Jokowi berseru, "Bochooooorrr... Bochoooorrr".
Jokowi tak ingin kehilangan momen. Ia segera menantang Prabowo untuk membuktikan pernyataannya terkait kebocoran anggaran.
Dalam sebuah kampanye di Slawi, Kamis, 19 Juni 2014, Jokowi menantang Prabowo Subianto untuk mempertanggung jawabkan pernyataannya tentang kebocoran anggaran negara sebesar Rp 1.000 triliun.
Jokowi bahkan mendesak Prabowo untuk lapor ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Kalau memang ada, laporkan saja ke KPK. Tunjuk siapa yang harus tanggung jawab,"kata Jokowi kala itu.
Keriuhan ketiga adalah tentang usulan penjualan pesawat kepresidenan nan mewah, warisan pemerintahan SBY untuk presiden mendatang.
Ketua DPP PDI P, Maruarar Sirait mengusulkan, Jokowi harus sederhana, seperti citra PDI P selama ini. Jadi, pesawat kepresidenan itu tak perlu dan lebih baik dijual.
Jokowi protes. "Dijual gimana, dicoba saja belum", ujar Jokowi di Jakarta, Selasa, 2 September 2014.
Menarik melihat dialektika politik antara Jokowi dan elit PDI P.= Jokowi yang berasal dari PDI P dan didukung penuh oleh PDI P, kini mulai sering berseberangan pendapat dengan partai yang membesarkan namanya itu.
Ah, tapi Jokowi adalah Jokowi. Ia sudah menjadi Jokowi, Sang Presiden. Suara PDI P tak lagi didengarnya.
Defisit anggaran? Anggaran bochooor? Jual pesawat? Jawabnya cuma satu. "I don't think about that!" (fs)