Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir keberatan dengan langkah pemerintah Arab Saudi yang berencana memindahkan makam Nabi Muhammad SAW dari Masjid Nabawi, Madinah, ke Al-Baqi, tempat pemakaman umum.
"Sebaiknya pemerintah Arab Saudi mempertimbangkan dengan matang terkait rencana itu," tandas Haedar, Kamis 4 September 2014.
Haedar menilai rencana tersebut akan menimbulkan banyak masalah dengan Indonesia sebagai negeri dengan jumlah umat muslim terbesar di dunia.
"(Pemindahan makam) bila dipaksakan dari berbagai aspek akan berdampak luas," tegasnya.
Seperti diketahui, rencana pemindahan makam Nabi Muhammad SAW kembali mengemuka seiring munculnya dokumen konsultasi yang dipimpin akademisi terkemuka Arab Saudi.
Dokumen setebal 60 halaman itu belakangan dimuat di jurnal kerajaan dan harian The Independent, kemudian dipublikasikan beberapa media lainnya.
Dalam dokumen tersebut, makam Nabi Muhammad SAW yang sebelumnya berada di Kompleks Masjid Nabawi akan dipindahkan ke tempat pemakaman Baqi dan dibuat anonim atau tanpa identitas.
Sehari sebelumnya, Rabu, 3 September 2014, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj bersikap keras. Dia mempertanyakan pemahaman sejarah Islam akademisi Arab Saudi yang ingin memindahkan makam Nabi Muhammad SAW dari Madinah ke Al-Baqi.
"Akademisi apa itu, kok tidak ngerti sejarah Islam?," tegas Kiai Said.
Dia juga menegaskan NU mengecam keras rencana pemindahan makam Nabi Muhammad SAW yang kini kembali mengemuka.
"Dari dulu sampai sekarang, kami menolak keras dan mengecam keras (pembongkaran) itu," tandasnya.
Said mengingatkan agar Pemerintah Arab Saudi tidak melanjutkan rencana pemidahan makam tersebut.
"Coba saja kalau berani melakukannya. Pemerintah Arab pasti akan hancur," tegasnya lagi.
Pemerintah Arab Saudi sendiri tak berkomentar apapun menanggapi usulan para akademisi mereka. (fs)