Tim Bantuan Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) siap berangkat ke Jammu dan Kashmir. Dua wilayah tersebut merupakan lokasi terdampak bencana banjir akibat luapan Sungai Sindh, Kashmir Tengah, yang melintasi India dan Pakistan.
Hal itu dikemukakan Vice President ACT Imam Akbari, di Jakarta, Minggu (7/9/2014). "Jika tak ada aral melintang, Tim bantuan kemanusiaan akan berangkat besok atau Selasa dini hari," ujar Imam.
Imam Akbari, yang juga membawahi Direktorat Global Partnership Network (GPN) menjelaskan, bantuan kemanusiaan ACT akan difokuskan kepada ribuan korban yang selamat.
"Bisa dipastikan, akan terjadi gelombang pengungsian penduduk wilayah terdampak ke lokasi-lokasi yang aman. Tim data kami memperkirakan, tak kurang dari 25 ribu tenda dan 40 ribu selimut dibutuhkan untuk membantu korban selamat," terang Imam.
Seperti diberitakan, hasil luapan Sungai Sindh, Kashmir Tengah, akibat hujan deras selama 5 hari berturut-turut, berakibat banjir bandang terburuk selama 60 tahun terakhir. Global Partnership Network ACT merilis data, Minggu (7/9/2014) setidaknya 200 orang ditemukan tewas akibat bencana tersebut.
"Berdasarkan pengalaman di lokasi-lokasi bencana, biasanya data korban meninggal terus berubah, seiring akses lebih luas ke lokasi bencana, korban-korban lain yang meninggal akan ditemukan, itu sebabnya berita-berita terkait korban yang dilaporkan media berita, sering berbeda-beda," kata Imam.
Banjir berdampak pada setidak 2500 desa yang berada di wilayah-wilayah tersebut. 450 desa dilaporkan hancur disapu banjir. Infrastruktur publik seperti rumah, sawah, perkantoran, kebun dan sebagainya luluh lantak. Wilayah Jammu sendiri dilaporkan 1000 desa terdampak banjir.
Sekitar 50 jembatan hancur. Hal ini menyebabkan ratusan kilometer jalan dan instalasi listrik tak berfungsi. Asesment bantuan pun terpaksa menunggu banjir reda.