News Update :

Ahok Tak Lagi Kader Gerindra, Tapi Masih Ingin Jadi Gubernur



Apabila RUU Pilkada disahkan dengan putusan mekanisme kepala daerah dipilih DPRD, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menegaskan tidak akan lagi masuk ke ranah politik.

"Enggak mau ikut (politik). Kalau (Pilkada) dipilih oleh DPRD, saya enggak akan pernah mau diusung jadi gubernur. Kamu catat baik-baik!", demikian ditegaskan Ahok di Balai Kota DKI, Kamis, 11 September 2014.

Langkah yang seolah gagah itu dicetuskan Ahok, seusai mengirimkan surat pengunduran diri sebagai kader Partai Gerindra. Ahok merasa, tak sanggup lagi menaati aturan AD/ART Partai.

Ahok, si politisi pelancar itu seperti kacang lupa kulit. Ia bahkan berkali-kali membuat penegasan di media-media bahwa seharusnya Gerindra lah yang seharusnya bersyukur karena memiliki sosoknya.

Kenarsisan Ahok ini sebetulnya sudah bisa diamati saat rakyat mulai menyaksikan unduhan aktivitas pejabat nomer 2 di Jakarta itu melalui saluran video Youtube.

Video itu menunjukkan "ketegasan" Ahok. Gebrak meja, bentakan, ancaman, suara meninggi menjadi makna baru sebuah ketegasan pejabat.

Segala peraturan tak masuk akal termasuk cabut pentil, yang tak didukung perda, menjadi bukti ketegasan Ahok. Rakyat Jakarta menginginkan pemimpin yang tegas.

Singkatnya, meminjam istilah anak muda Jakarta, "Ahok itu gue banget!". Gaul, koboi, anti mainstream.

Ahok yang gaul, anti mainstream, koboi, narsis, dan tegas itu sudah menjadi icon baru Jakarta. Ahok sudah mampu menepuk dada dan mengatakan : "Saya gak butuh partai!".

"Kalau saya turun ke masyarakat segala macam, enggak ada lagi yang menuduh saya mau pencitraan untuk memenangkan partai. Enggak ada lagi nuduh pencitraan mengharapkan 2017 bisa dipilih kembali", begitu ujar Ahok, penuh rasa percaya diri.

Sayangnya Ahok lupa, bahwa ia sampai di tampuk DKI 2 karena dihantar oleh Gerindra yang mengerahkan seluruh mesin politiknya. Prabowo, sang pendiri partai, tampil all out mendukung Ahok dan pasangannya ketika itu, Jokowi.

Jika Ahok yang didukung partai Gerindra mampu mencapai posisi DKI 2, lalu setelah berkuasa, mundur dari partai,  maka bisa dikatakan, Ahok tak miliki etika politik.

Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta M Taufik menyatakan Ahok bisa jadi Gubernur karena diusung oleh Gerindra, bukan perseorangan.

Pernyataan M. Taufik ini didukung Hidayat Nur Wahid, Ketua Fraksi PKS DPR RI, yang menganggap tindakan Ahok sangat tak etis.

"Jangan cari enaknya saja, emangnya maju perseorangan. Kalau Ahok jantan, ditantang Taufik mundur dari wagub berani enggak Ahok?", tegas Hidayat.

Ternyata, mantan Bupati Belitung Timur tak miliki cukup nyali untuk mundur dari jabatan nyamannya di Jakarta.

Ahok memilih menjadi oportunis yang tak memiliki etika ketimbang kehilangan jabatan Gubernur yang semestinya tak lagi disandangnya ketika ia mengajukan pengunduran diri dari Gerindra.

Ahok mengatakan bahwa ia akan menghabiskan masa baktinya selama tiga tahun untuk memimpin ibu kota.

"Saya kira jadi fair, tiga tahun selesaikan ini," kata Ahok. (fs)
Share Artikel ini :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar