News Update :

Tadabbur Ayat: Isra' Mi'raj Bukti Keagungan Allah Subhaanahu Wa Ta'aala

Oleh Usman Jakfar

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari al-Masjidil Haram ke al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat (al-Isra 17:1)

1.       Ayat yang dimulai dengan kata سبحان , menunjukkan bahwa peristiwa yang Allah Subhaanahu wa Ta`aala sebutkan setelah itu adalah peristiwa yang luar biasa. Peristiwa yang menunjukkan kebesaran dan keagungan Allah Subhaanahu wa Ta`aala.

2.       Apa peristiwa yang agung itu? Peristiwa itu adalah Isra` dan Mi`raj. Isra` (perjalanan waktu malam) dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, Mi`raj (naik) naik ke langit dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha.

3.       Keagungan peristiwa itu terletak pada: 1. Bahwa perjalanan itu dilakukan dengan ruh dan jasad (itulah maksud kata عبد), 2. Perjalanan itu hanya dilakukan pada sebagian malam saja (itulah maksud kata ليلا), Dimana realitanya perjalanan dari masjidil haram ke masjidil aqsha biasanya ditempuh selama 40 hari. Ditambah lagi perjalanan dari masjdil aqsha ke Sidratul Muntaha yang ukuran jarak jauhnya adalah dengan kecepatan cahaya.

4.       Peristiwa yang sangat berat untuk diyakini terjadinya, kecuali bagi orang yang ada iman. Karenanya para ulama menyebutkan seluruh kaum muslimin pada masa itu meyakini kebenaran peristiwa ini, dan yang terdepannya adalah Abu Bakar, beliau mengatakan: “Jika yang mengatakan ini adalah Muhammad, lebih dari itupun saya percaya”.

5.       Kenapa dari masjidil haram ke masjidil aqsha? Apa hikmahnya? Sayyid Qutb mengatakan: “adalah untuk memberikan gambaran ikatan tauhid dari mulai Nabi Ibrahim hingga Nabi Muhammad shallallaahu `alaihi wasallama, ikatan tempat suci agama tauhid semuanya, seolah-olah Allah menginginkan dengan rihlah yang agung ini menyatakan bahwa Rasulullah shallallaahu `alaihi wasallama adalah Nabi terakhir pewaris tempat-tempat suci bagi rasul-rasul sebelumnya, dan risalahnya mencakupi seluruh tempat suci-tempat suci ini, dan keterikatan risalahnya dengan tempat-tempat tersebut semuanya” (Zhilal)

6.       الذي باركنا حوله, menunjukkan negri Syam yang banyak mendapatkan keberkahan dari Allah subhaanahu wa ta`aala, baik keberkahan maknawi (immateri) mahupun hissi (materi). Materi banyaknya buah-buahan dan sungai-sungai yang mengalir, immateri bahwa negri ini adalah negri pada nabi dan negri tempat turunnya para malaikat (Ali al-Shobuni)

7.       لنريه من آياتنا, karena Allah memperlihatkan kepada baginda shallallaahu `alaihi wasallama alam malakut baik di bumi mahupun di langit, nabi melihat langit yang tujuh, sidratul muntaha, syurga dan neraka, para malaikat dan para anbiyaa`.

8.       إنه هو السميع البصير, Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Allah Maha mendengar doa-doa yang dilantunkan oleh Rasulullah shallallaahu `alaihi wa salallama saat beliau mengadukan halnya kepada Allah. Dan Allah Maha Mengetahui keadaan baginda Rasulullah shallallaahu `alaihi wa salallama, bagaimana perihnya derita yang dialami baginda demi untuk menyebarkan agama Islam ini. Karena itulah Allah subhaanahu wa ta`aala kemudian memberikan takriim (pemuliaan) kepada baginda berupa Isra` dan Mi`raj. (Ali al-Shobuni)

9.       Peristiwa ini terjadi pada hari Isnin, 12 Rabi`ul Awwal, setahun sebelum hijrahnya baginda ke Madinah (al-Zuhri, Urwah ibn Zubair dan Ibn Mas`ud). Dari Jabir dan Ibn Abbas semoga Allah meridhoi keduanya, mereka berkata: “Dilahirkan Rasulullah pada tahun gajah, hari Isnin 12 Rabi`ul Awwal, pada hari itu beliau diutus, pada hari itu beliau dimi`rajkan ke langit dan pada hari itu beliau hijrah”.
Share Artikel ini :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar