Selama ini, pendekatan PKS terlalu membumi dengan kegiatan pelayanan kesehatan, pendidikan, silaturrahim tokoh, pemberdayaan ekonomi umat, bantuan bencana dan lain-lain. Tapi semua itu memang dikenang masyarakat akan jasanya, tapi sayang hanya jasa yang dikenang, support secara menyeluruh atas nilai perjuangan PKS tidak berbekas manakala pemilu dan pilkada datang, kalah dengan permainan kotor para kompetitor.
Alhasil, para kader sering mendadak lunglai ba'da pertempuran. Kita tidak perlu pertanyakan keikhlasan para kader saat bergerak, karena yang namanya kader, insyaAllah ikhlas (yang tidak ikhlas noted as supporters alias simpatisan). Tapi...
Tapi ini saatnya selain "tetap terus membumi"; data demografi, antropologi dan data statistik harus mulai digunakan dalam perjuangan. ibarat pelatih bola, Pep Guardiola tidak pernah terpukau dengan nama besar. Saat akan membeli pemain, dia akan minta asistennya mengumpulkan data assist, passing efektif, shot on goal, shot attempts, area covering dll sebelum memutuskan membeli pemain tersebut, dan hasilnya. JUARA untuk Barcelona dan Bayern Muenchen yang dia asuh dengan tetap memperhatikan scouting, artinya sukses dengan memberdayakan pemain binaan, bukan hanya pemain jadi.
Dan Pep Guardiola bisa memiliki data yang sangat valid, dengan memiliki tim scouting khusus, yang mereka bergerak dengan kompetensi dan naluri yang sudah sinkon dengan kemauan Mr. Pep. Kemana pun Pep mengasuh klub, tim scout ini selalu dibawa dan ikut ke rumah baru tersebut mendamping Pep.
Makna nya bukan untuk memilih paslon dari non kader, tapi siapa, kapan, dan bagaimana kita mendekati massa 'amm dan para tokoh setempat tersebut, sekaligus membina mereka yang sudah tershibgah, dengan code of conduct ala PKS yang anti kolusi, korupsi, dan mafioso
Saatnya mendiversifikasi pola gerak PKS untuk ke depannya, upgrade pola, tapi bisa sekaligus downgrade budjet.
Masukan ya ustadz...
(Deny Rahmad)