Media asing sepertinya terus mengamati perkembangan politik antara dua kandidat presiden menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 mendatang.
Setelah The Sydney Morning Herald, kini media Amerika Serikat, Wall Street Journal (WSJ), ikut mengulasnya. Dalam pemberitaan tanggal 29 Juni lalu, WSJ mengulas elektabilitas Joko Widodo (Jokowi).
Artikel berjudul, Widodo's Polls Lead Drops in Bid for Indonesia Presidency, WSJ menyoroti elektabilitas Jokowi yang kian waktu terus merosot. Tiga bulan lalu, hasil survei elektabilitas menunjukkan Jokowi jauh memimpin 25 poin dari pesaingnya, Prabowo Subianto. Kini, perbedaan itu kian tipis.
”Sampai-sampai pasar telah memposisikan (Joko Widodo) menang. Ada asumsi yang menyudutkan Prabowo yang disebut tidak bisa duduk nyaman dengan investor,” kata Wellian Wiranto, ekonom dari OCBC Bank, Singapura, seperti dikutip dari WSJ, Minggu 29 Juni lalu.
WSJ memberitakan, merosotnya elektabilitas Jokowi karena berbagai faktor. Salah satunya karena diisukan dia keturunan etnis China dan beragama non-muslim. Kemudian pamor Jokowi di media televisi mulai pudar. Media televisi kini cenderung bergeser ke capres Prabowo.
Merosotnya elektabilitas Jokowi ditengarai tak lepas dari kesalahan cara Timses Jokowi mematahkan serangan kampanye hitam. Misalnya menyebarkan fotokopi buku nikah Jokowi dan istrinya yang terbukti bukan etnis China. Kemudian, menyebarkan foto-foto Jokowi ketika berziarah ke Mekkah sebagai bukti Jokowi muslim.
Di sisi lain, Tim Prabowo tegas membantah sebagai pihak yang melakukan kampanye hitam kepada Jokowi. Upaya tim Jokowi untuk melawan berbagai kampanye hitam itu, dianggap sebagai salah langkah.
”Aturan nomor 1 dalam kampanye, jangan biarkan musuh ikut menentukan agenda Anda. Dia (Jokowi) masuk dalam perangkap itu,” kata Marcus Mietzner dari pakar dari Australian National University.
Menurut WSJ, merosotnya elektabilitas Jokowi juga disebabkan pudarnya kepercayaan para pemilih di perkotaan. Mereka mempertanyakan reputasi Jokowi yang tidak tuntas melakukan program-programnya.
Misal, proyek monorel pembangunan waduk di pinggir Jakarta untuk mengatasi permasalahan banjir di Ibu Kota, yang tidak ada kabarnya lagi. Sementara proyek MRT dikabarkan tertunda karena permasalahan pembebasan lahan.
"Mungkin lebih baik Pak Jokowi tetap menjadi gubernur untuk menuntaskan janji-janjinya. Kalau dia sudah bisa membuktikan janjinya, dia bisa mencalonkan diri Pilpres berikutnya," tutur salah seorang pekerja di Jakarta yang dikutip WSJ.
Sementara di sisi lain, Prabowo berhasil memosisikan dirinya sebagai capres yang tegas dan berpandangan luas. Rencananya membangun jalan, kilang minyak, pembangkit listrik, dan membuat Indonesia swasembada pangan dalam waktu 20 tahun mendatang, sangat mempengaruhi pemilih.
Prabowo juga didukung pemilik jaringan media yang juga pimpinan partai politik. "Tren pemilih mengarah ke Prabowo. Jokowi kehilangan pemilih dengan cepat," kata Doug Ramage, Analis Politik BowerGroupAsia Jakarta. (sindonews)
*)http://pemilu.sindonews.com/read/878814/113/wall-street-journal-jokowi-dulu-merajai-kini-terseok
0
Wall Street Journal: Jokowi Dulu Merajai, Kini Terseok
Related Posts:
Hakim MK Tegur Saksi Jokowi-JK karena Berkhayal Ini ada lagi cerita lucu persidangan sengketa Pilpres di MK. Diberitakan kompas.com, Hakim MK Ahmad Fadlil Sumadi harus berkali-kali menegur Johannes, saksi pihak terkait pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk rekapitu… Read More
Pakar Hukum: Sidang MK Mampu Buktikan Kecurangan Pakar Hukum Saiful Bahri mengatakan sidang Mahkamah Konstitusi (MK) akan mampu membuktikan kecurangan-kecurangan yang terjadi dalam penyelenggaraan Pilpres. "Salah satunya yang dapat dilihat adanya penambahan daftar pe… Read More
Plonga Plongo, Saksi Jokowi-JK Disuruh Pulang Hakim MK Ada yang lucu dalam persidangan sengketa Pilpres di MK yang berlangsung Senin kemarin (11/8). Seperti diberiatakan ROL, sejumlah saksi Jokowi-JK dalam persidangan perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpre… Read More
Jokowi Angkat Hendro Penasihat, Putri Wiji Tukul: "Kami Tersakiti Pak!" Keputusan Jokowi menunjuk mantan kepala BIN, AM Hendropriyono sebagai penasihat Tim Transisi yang mendapat sorotan para pendukung capres nomor urut 2 tersebut. Salah satu kritikan berasal dari putri aktivis Widji Thukul… Read More
Pembukaan Kotak Suara Jadi Kesalahan KPU Mantan Komisioner KPU Endang Sulastri mengatakan seharusnya KPU lebih berhati-hati dalam melakukan pembukaan kotak suara sehingga tidak disalahkan dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk berbuat kecurangan. "P… Read More
