News Update :

Khutbah Iedul Fitri 1435 H: MERAIH KEJAYAAN DENGAN ISLAM



Khutbah Iedul Fitri 1435 H
MERAIH KEJAYAAN DENGAN ISLAM
Asfuri Bahri, Lc.


Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu
Kaum Muslimin yang berbahagia...

Saat adzan Maghrib pertama di hilal bulan Syawwal kemarin berkumandang, berkumandang pula takbir, tahmid, dan tahlil dari jutaan ummat Islam di seluruh jagad raya. Pertanda bulan Ramadhan telah berlalu dan ini adalah hari raya kalian.

وَلِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَلِتُكَبّرُواْ اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Dan agar kalian sempurnakan bilangan (puasa) dan kalian membesarkan Allah karena Dia telah memberi petunjuk kepada kalian dan agar kalian bersyukur.” (Al-Baqarah: 185)

Maka berbahagialah di hari ini setelah sebulan melakukan ibadah Ramadhan, dengan shiyam, qiyam, dan qur’an. Berbahagialah kalian atas kemenangan ini, di hari raya ini. Dan kelak kalian akan dipanggil untuk memasuki surga dengan pintu Arrayyan yang telah disediakan. Berbahagialah atas kemenangan melawan hawa nafsu dan syetan yang menjadi musuh abadi kita, anak Adam. Dia adalah musuh kalian di bulan Ramadhan, dan dia juga musuh kalian di bulan-bulan pasca Ramadhan. Maka berhati-hatilah, jangan sampai kalian lengah terhadap musuh yang satu ini, yang selalu mengintai kelemahan dan kelengahan manusia untuk disergap dan dikuasai, selebihnya dijadikan ia sebagai budaknya.

Maka berbahagialan kalian di hari ini tanpa kemaksiatan. Makan dan minumlah tanpa kemubadziran. Pakailah pakain terbaik kalian sebagai bentuk syukur kepada Dzat Pemberi rezki tanpa berlebihan berbangga-bangga apalagi kesombongan. Bersilaturahimlah tanpa meninggalkan aturan Islam hingga melalaikan kewajiban, menjaga adab dan akhlak. Saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.

Nikmat terbesar dan teragung yang Allah karuniakan kepada kita adalah Islam. Agama yang diridhai Allah dan dengannya jalan kita menjadi terang benderang, seterang matahari di siang bolong. Agama yang terbukti telah memberikan keamanan, kedamaian, keadilan, kejayaan, kesejahteraan, dan kemakmuran kepada manusia pada abad-abad yang lalu. Saat ia menjadi pedoman hidup bagi individu, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

Agama yang terbukti telah mengeluarkan manusia dari kegelapan, kezaliman, dan ketidak-adilan. Agama yang telah membebaskan manusia dari perbudakan, kemunduran, dan kebodohan. Agama yang telah terbukti mengangkat derajat manusia dan kehinaan, penindasan, dan keterpurukan di sudut zaman hingga ia menjadi mangsa bagi sesamanya, terbelenggu dalam kungkungan budaya hedonisme, permisifme, dan paganisme yang mengagungkan benda-benda dan segala yang dianggap berdaya padahal ia lemah adanya karena statusnya sebagai makhluk, ciptaan Sang Kuasa.

Karena Islam diturunkan oleh Dzat Pencipta alam semesta sebagai rahmat bagi ciptaan-Nya. Yang dengan univerlitas syariahnya telah menjadi jawaban bagi semua persoalan. Tidak hanya menjadi penenang bagi pengikutnya, bahkan oleh orang-orang yang memusuhinya. Maka berbanggalah saudaraku karena anda telah menjadi Muslim. Dengan keislaman itu anda sungguh mulia di dunia ini dan akhirat nanti. Seperti ungkapan jujur Umar Al-Faruq atas kemuliaannya bergabung dalam barisan besar ummat Muhammad.

نَحْنُ قَوْمٌ أَغَزَّنَا اللهُ بِالاِسْلاَمِ فَمَنِ ابْتَغَى الْعِزَّةَ بِغَيْىرِهِ أَذَلَّهَ اللهُ

“Kita adalah kaum yang dimuliakan Allah dengan Islam, maka barangsiapa yang mencari kemuliaan selainnya, Allah pasti menghinakannya.”

Maka berbahagialah kalian di hari raya ini bersama Islam, Iman, dan Ketaqawaan. Berbahagialah kalian dengan ibadah, akhlak, dan ketaatan. Berbahagialah kalian bersama Ar-Rahman. Meski demikian, kalian tidak boleh melupakan air mata bahkan darah yang tertumpah di bumi Anbiya’, Gaza dan Palestina. Saat kalian membeli pakaian baru untuk lebaran mereka membeli kain baru untuk kafan, bagi anak-anak mereka yang menjadi korban kebiadaban tentara Israel, la’natullah alaihim. Kekejaman yang terus mereka pertontonkan kepada dunia dan Bangsa Arab yang sedang asyik menikmati suguhan Piala Dunia atau menikmati kemewahan dari fosil nenek moyang mereka yang atas kehendak-Nya ladang minyak di bawah hamparan tanah gersang mereka.

Kini penduduk Palestina dan Gazza berjuang sendirian mempertahankan hak-hak dan kehormatan mereka. Bahkan, mereka berjuang sendirian mempertaruhkan nyawa demi harga diri kalian dan milyaran ummat Islam di seluruh dunia. Palestina adalah termasuk negeri pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Palestina termasuk yang mengirimkan putra-putra terbaiknya menjadi dai dalam barisan Walisongo di Nusantara dan Tanah Jawa khusunya. Palestina adalah tempat kelahiran Imam Syafii yang madzhabnya menjadi panutan banyak ummat termasuk di negeri ini. Dan di Palestina ada Msjidil Aqsha, kiblat pertama dan tempat suci ketiga bagi kaum Muslimin sedunia.

Saat hujan menimpa negeri ini lalu kalian panik karena masih berada di tengah perjalanan, atau karena atap yang bocor, atau selokan dan got yang mampat karena sampah atau sungai yang meluap, dan ibu-ibu gelisah menunggu belahan jiwanya belum pulang dari sekolah. Ketahuilah bahwa anak-anak di Gazza dan Palestina juga diguyur oleh hujan roket hingga meluluh-lantakkan rumah-rumah mereka, masjid-masjid mereka, sekolah-sekolah mereka, bahkan camp tempat mereka mengungsi. Senjata Israel yang dibeli dari uang yang sebagiannya adalah sumbangan kalian melalui produk-produk Amerika dan Eropa.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu

Kaum Muslimin yang berbahagia...
Kalian juga tidak boleh melupakan nasib sebagaian kaum Muslimin di belahan negeri lain yang mengalami penindasan oleh anak-anak bangsanya sendiri, di Mesir dengan tercedarainya demokrasi oleh penguasa militer dan tangan besi. Di Suriah yang luka-luka akibat perang saudara belum juga mengering. Di Rohingya yang hingga kini masih berada di tenda-tenda pengungsi. Juga di negeri ini, yang kemiskinan masih menyeruak menohok hidung kita. Yang korupsi masih meraja-lela, uang negara dilalap oleh penyelenggaranya sendiri, baik oleh mereka yang sudah meringkuk di balik jeruji besi atau yang masih bebas merdeka menghirup udara dan memeragakan polesan citra di media massa seolah dia adalah pembela rakyat jelata, pelindung wong cilik, pengawal undang-undang dan demokrasi.

Di negeri ini kemaksiatan masih biasa diselenggarakan, baik secara tersembunyi maupun terang-terangan, baik oleh pribadi-pribadi maupun kelompok. Kemaksiatan yang kadang terbungkus oleh indahnya kata-kata dan kilauan retorika. Atas nama kebebasan berekspresi aurat yang seharusnya ditutupi dibuka hingga mengundang kejahatan susila. Atas nama penegakan hukum privasi orang dipublis hingga dengan itu yang baik dihinakan yang hina dimuliakan. Kejahatan ada di mana-mana, baik oleh yang berdasi maupun oleh kelas teri. Tiada tempat aman bahkan di lembaga-lembaga pendidikan. Tiada tempat berlindung bahkan di tempat-tempat ibadah.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu

Kaum Muslimin yang berbahagia...

Tiada tempat kembali selain Islam dan tiada cara meraih kejayaan kecuali bersama Islam.
Tiada harapan kecuali kepada Islam.

Setidaknya kita telah merasakan hal itu selama sebulan penuh dalam aktifitas Ramadhan kita. Damainya sungguh terasa meski beriring hasus dan dahaga. Keamanannya sungguh nyata karena shiyam di siang harinya dan qiyam di malam harinya. Kebersamaan tercipta dan bukan sekedar kata saat kita ruku’ dan sujud bersama, menghamba dan taat kepada Sang Pencipta, satu gerakan, satu komando, dan satu kata dalam ibadah Taraweh dan shalat berjamaah kita. Keindahannya sungguh tak terlupakan saat adzan Maghrib berkumandang, lalu dengan bahagia tangan-tangan kita menjamah hidangan buka di rumah, di masjid, di kantor, bahkan di jalan raya.

Saat itu rumah menjadi basis pembinaan pribadi dan keluarga; ibu membangunkan anak balitanya untuk makan sahur belajar berpuasa setengah hari, ayah masih dalam sujudnya berurai air mata larut dalam munajat atau sedang mengalunkan ayat-ayat suci. Lalu masjid menjadi basis konsolidasi untuk membanguan kesolehan sosial dan menciptakan suasana kesejukan dalam Islam melalui pencerahan-pencerahannya, program-programnya, dan rencana-rencananya.

Ramadhan harus menjadi titik-tolak untuk bangkit meraih kejayaan. Berangkat dari pribadi dan diri sendiri yang telah dilatih dalam diklat Ramadhan agar seorang muslim dapat mengelola dirinya hingga menjadi pribadi yang optimis dan sukses. Menghalau potensi jahat dalam dirinya dan memicu potensi taqwanya. Memimalisir potensi negatif dan melejitkan potensi positif hingga berhasil membangun prestasi amal.

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا*فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا*قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا*وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
“Dan demi jiwa serta penyempurnaannya ciptaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaannya. Beruntunglah orang yang mensucikannya dan merugilah orang yang mengotorinya.” (Asy-Syams: 7-9)

Alah berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” (Ar-Ra’du: 11)

Sebab persoalan terbesar manusia adalah menghadapi dirinya sendiri. Tak ada panglima perang yang berhasil menaklukkan sebuah negeri kecuali ia telah menakhlukkan dirinya sendiri, ketakutannya, egonya, dan kekerdilannya. Tak ada maestro yang telah mencatatkan karya besarnya kecuali telah mencatatkan kemenangan atas dirinya sendiri, keputus-asaannya, kemalasannya, dan keterbatasannya. Dan tidak ada ulama besar yang telah memberikan karya dengan dakwah dan ilmunya kecuali ia telah memberikan asupan nilai kepada dirinya hingga kelemahannya terhasung dan kekuatannya spiritualnya terusung.

Sufyan Tsauri berkata,

مَا عَالَجْتُ أَمْرًا أَشَدَّ عَلَيَّ مِنْ نَفْسِي

“Tidaklah aku mengatasi masalah yang lebih sulit ketimbang diriku sendiri.”

Imam Bashri berkata

مَا الدَّابَّةُ الْجَمُوْحُ بِأَحْوَجَ إِلَى اللِّجَامِ مِنْ نَفْسِكَ

“Tidaklah binatang liar itu lebih membutuhkan tali kekang ketimbang dirimu sendiri.”

Sebab fakta tentang diri dan jiwa kita telah dibeberkan oleh Allah dalam Al-Qur’an,

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي  إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي  إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Yusuf: 53)

Seseorang boleh menguasai sekitarnya, lingkungannya, bahkan negaranya. Menjadi pemimpin hingga semua orang dan barang berada dalam kendali dan perintahnya. Tiap ia melintas orang menunduk dan tiap kali ia berujar kepala mengangguk. Dengan memencet tombol remote control ia membuka assetnya lalu berselancar di dunia nyata dan dunia maya. Nanum demikian acap kali ia tak berkutik di bawah tekanan nafsunya, amarahnya, dan egonya. Sering kali ia terkapar oleh amukan syahwatnya dan desakan emosinya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu

Kaum Muslimin yang berbahagia...
Pasca puasa Ramadhan ini Nabimu telah menganjurkan agar anda berpuasa enam hari di bulan Syawwal, sebagai kelengkapan ibadah satu tahun bersama puasa Ramadhan. Beliau bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan lalu melanjutkan (puasa) enam hari di bulan Syawwal, maka seolah-olah ia berpuasa selama satu tahun.” (Shahih Muslim, no.1164)

Begitu pentingnya puasa ini, nabimu juga menganjurkanmu berpuasa sunnah di hari-hari lain; Senin dan Kamis, puasa Arafah, Asyura, puasa Dawud, puasa Ayyamul-bidh, tanggal 13 sampai 15 setiap bulan Hijriyah, juga syariat tentang puasa Nadzar dll. Tunaikan shalatmu di awal waktunya dengan berjamaah di masjid. Jangan biarkan masjid yang kau bangun itu menangis merana karena sepi dari sujud dan ruku’, jadilah hamba Rabbani jangan sekedar menjadi hamba Ramadhani. Ajak anak-anak dan keluargamu untuk memakmurkan masjid dengan ibadah. Seperti hari-hari kemarin kau selalu dekat dengan masjid, kau rindu dan selalu terikat dengan masjid.

Tunaikan zakat hartamu jika telah memenuhi nishabnya, bersihkan harta dan jiwamu dari kedengkian dengannya dan dengan infaq dan sedekah, tiada berkurang harta karena sedekah, justru ia akan bertambah dan berkembang. Allah memberkahinya. Tunaikan kewajiban haji jika kau termasuk yang mampu, berkunjung ke Baitullah untuk mengikat dirimu dengan perjuangan Nabimu serta melengkapi rukun Islam-mu.

Jauhkan tauhid dan akidahmu dari segala bentuk kesyirikan, sekecil apapun. Lepaskan semua bentuk ketergantungan selain tergantung kepada Allah, karena Dialah yang Mahakaya, Maha Kuasa, Maha Mampu memenuhi segala kebutuhan makhluk-Nya. Rizkimu telah ditentukan tinggal kau gerakkan diri berusaha menjemputnya. Maka tempuhlan jalan halal yang telah dibentangkan Nabimu di hadapanmu. Jangan sampai ada daging yang tumbuh dari makanan yang haram dalam tubuhmu dan tubuh anak-anakmu.

Berbaktilah kepada kedua orang tuamu. Jangan bersikap dan berkata kasar kepada keduanya. Karena jika bukan lantaran mereka, kau tidak pernah ada di muka bumi ini. Jika beliau berdua sudah tiada, selipkan doa untuk keduanya diantara doa yang kau lantunkan untuk dirimu, keluargamu, dan ummatmu. Jalinlah silaturahim kepada keluarga besarmu. Berbuat baiklah pada tentanggamu dan bersabarlah atas ulah mereka. Karena itu merupakan pilar-pilar masyarakat madani. Berkata santun dan tidak menyakiti. Berprasangka baik kepada sesama. Bersihkan hati dari dengki, iri, sombong, bangga diri, suudzan, kikir, dan tamak. Karena ia adalah pintu-pintu syetan yang siap merusakmu, merusak hatimu, dan merusak akhiratmu.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu

Kaum Muslimin yang berbahagia...

Tunaikan amanah sekecil apapun dan perlihara janji dengan siapapun. Tapatlah datang ke tempat kerjamu dan tunaikan tugas dengan penuh amanah. Jangan curang atau menipu dalam usahamu atau culas dalam timbangan, ukuran, dan takaran, katakan yang baik itu baik dan yang buruk itu buruk dan jangan memanipulasi. Taati lalu lintas dan utamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.

Lalu ajak dan ciptakan keshalihan pribadi itu dalam keluargamu, masyarakat, dan lingkunganmu. Berkontribusilah dalam menciptkan perbaikan dan kebaikan sosial semampumu. Jika anda menjadi pribadi shalih, keluarga shalih, masyarakat shalih, Allah akan memberi hadiah kepadamu pemimpin yang shalih sepertimu. Pemimpin yang mengayomi, yang lebih mementingkan bangsanya ketimbang dirinya sendiri. Pemimpin yang komitmen terhadap janji dan sumpahnya. Pemimpin yang menjadikan siangnya untuk rakyatnya dan malamnya untuk Tuhannya.

Jadikan taubat dan istighfar sebagai hiasan pribadimu, habbitmu. Tidak saja saat kau merasa bersalah atau berdosa. Sebab jika kau merasa terbebas dari dosa, kau tidak terbebas dari bisikan hati untuk melakukan dosa. Ataupun jika kau terbebas dan bisikan itu, kau tak terbebas dari bisikan syetan yang selalu mengintai. Ataupun jika kau bebas dari hal itu, ada kalanya kau kosong dari zikir dan mengagungkan kebesaran-Nya. Dan semua itu adalah kekurangan manusia. Malulah kepada Nabimu yang berkata,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ فَإِنِّي أَتُوْبُ فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ

“Wahai manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat setiap harinya sebanyak 100 kali.” (Muslim)

Lalu, nikmatilah kejayaan bangsa dan negerimu. Hanya keshalihan pribadi, keluarga, masyarakat dan pemimpin yang menjamin keadilan dan kamakmuran. Hanya dengan Islam kau akan jaya. Tidak hanya di dunia, namun berlanjut hingga ke alam baka. Dan jika kau ragu, tengoklah sejarah. Zaman mana dunia ini mengalami kemakmurannya selain zaman keemasan agamamu. Aturan mana yang telah terbukti memberi kenuversalan rahmat selain aturan Islam.

Akhirnya, segala upaya dan usaha marilah kita sandarkan kepada Rabb kita, agar langkah-langkah kita dimudahkan dan diberkahi. Agar dosa-dosa diampuni. Agar masa depan negeri ini dan negeri-negeri Muslim gemilang dengan cahaya-Nya.


--DOA--

*[download] Teks Khutbah lengkap : KLIK INI
Share Artikel ini :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar