Saat ini media semakin personal, tak suka dengan tv bisa ke youtube, tak suka media online cek path, twitter atau fb. Namun, di era media yang makin personal ini jangan mudah termakan isu atau jadi korban berita.
"Di era media yang makin personal, mari jangan mudah termakan isu atau jadi korban berita," tulis seorang Psikolog Irfan Aulia pada akun Twitternya @UdaIrfan, Ahad (1/6).
Berkaitan dengan hal tersebut, Irfan membeberkan tentang makna meta kognisi atau meta thinking.
"Meta kognisi adalah memahami cara berpikir orang, atau berpikir tentang cara berpikir," katanya.
Meta kognisi ini, lanjut Irfan, biasa dipakai untuk banyak hal, salah satunya adalah untuk melakukan persuasif dan propaganda.
"Contoh misalnya kalimat Islam yes, partai Islam no, kira-kira ada pesan apa dibalik ini," ungkapnya.
Atau menjelang hari raya tertentu, ada berita pengeboman dan penjagaan diperketat, apa pesan di balik ini?
"Pesan dibalik pesan, berita dibalik berita, adalah definisi sederhana dari meta thinking atau meta kognisi," katanya.
Contoh yang lain lagi, beber Irfan, jangan politisasi agama, ada pesan apa di balik pesan ini?
"Kemarin saat diskusi soal cara cerdas memilih presiden dengan menilai kompetensi di kampus, ada 1 pertanyaan menggelitik. Bagaimana cara menilai berita yang ada tentang capres? Pertanyaan ini pertanyaan meta kognisi," paparnya.
Menurut Irfan, ketika menilai sebuah berita, hendaknya kuliti dulu 5 W dan 1 H-nya, lihat apakah semua unsur ada, dan apakah saling sambung.
"Baru mulai ditanya, apa pesan dari berita ini? Apa pesan dari sang pembuat berita? Apa pesan dari media yang memuat berita ini?," katanya.
Kemudian, lalu lihat konteks, ini sedang ada momen apa? Musim apa? Di tempat yang sedang melakukan apa?
"Contoh kenapa pakai baju simbol agama tertentu pada waktu tertentu dan kenapa harus diungkap kisah sesuatu dalam momen tertentu?," ujarnya.
Menanyakan hal-hal ini, terang Irfan, berarti anda telah berpikir tentang cara berpikir, berpikir tentang berita dibalik berita.
"Berpikir tentang desain sebuah pesan dan ujung atau tujuan akhir sebuah pesan," pungkasnya.[dm/pksnongsa.org]
Home »
Pendidikan
» Psikolog: Jangan Mudah Termakan Isu atau Jadi Korban Berita
0
Psikolog: Jangan Mudah Termakan Isu atau Jadi Korban Berita
Related Posts:
Guru di Sumbar Dituntut Lebih Profesional Para guru di Sumatera Barat dituntut untuk lebih profesional dalam mendidik anak didik. Tuntutan ini pun sesuai dengan kepedulian dan perhatian pemerintah dalam kesejahteraannya. Hal ini disampaikan Gubernur Sumbar Irwan Pr… Read More
Berantas Buta Huruf Al-Quran, RQ Violet Hadir di Jakarta Guna memberantas buta huruf Al-Qur'an dan mendorong generasi muda agar mencintai Al-Qur'an, Rumah Qur'an (RQ) yang diberi nama Violet hadir di tengah masyarakat Jakarta yang masih kental dengan budaya Betawi-nya yakni Kelur… Read More
Latih Kader Ahli Teknologi, Unila Adakan GAFE Masih dalam rangkaian Creology Week 2014, Pers Mahasiswa Pilar Ekonomi mengadakan Training Google Application for Education (GAFE) untuk kadernya, Jumat (19/9), di Gedung D101 FEB Universitas Lampung (Unila). Kegiatan yang … Read More
Pendidikan Moral Relevan Atasi Krisis Moral Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pe… Read More
Psikolog: Jangan Mudah Termakan Isu atau Jadi Korban Berita Saat ini media semakin personal, tak suka dengan tv bisa ke youtube, tak suka media online cek path, twitter atau fb. Namun, di era media yang makin personal ini jangan mudah termakan isu atau jadi korban berita. "Di era m… Read More
