Aku cuma mau memandangnya, dekat-dekat, dalam-dalam, bersebrangan meja. Sambil kutatap lurus diantara kedua matanya. Bergantian satu persatu. Tanpa berkedip, tanpa senyum, tanpa kata-kata.
Sama sekali kepada Jokowi Aku tak akan bertanya. Ia selalu membawa kertas catatan pencari jawaban. Hingga selalu beranggapan mudah menyelesaikan tiap masalah. Padahal setengah mampus kebanyakkan manusia Indonesia untuk tetap hidup bermarwah. Terlebih warga Jakarta yang sudah muak dengan janji dan indahnya cerita.
Sekali lagi, kepada Jusuf Kalla aku tak selera bicara. Karena Ia paling pandai melihat cacat cela. Lagi pun aku tak setenang Prabowo-Hatta.
Perhatikanlah Debat Capres & Cawapres di TV One kemarin. Jusuf Kala menggunakan Isu HAM untuk memojokkan Prabowo. 16 tahun lalu Prabowo dibunuh kariernya. Mengapa Jusuf Kalla tidak bertanya kepada Megawati sebagai mantan Presiden yang pernah mengangkat Prabowo sebagai cawapres di tahun 2009?. Mengapa Jusuf kalla yang saat itu sebagai Wakil Presiden terpilih tidak segera mengadili Prabowo?. Mengapa???
Prabowo seorang ksatria, seorang negarawan, tidak menyerang Jusuf Kalla dengan pertanyaan-pertanyaan demikian. Tidak balas menyindir lawan debatnya. Tidak pula menatap sinis. Bahkan tak segan memuji dan menghormati pendapat rivalnya. Prabowo hanya berkata,"tanyalah kepada atasan saya waktu itu.....".Dihadapan Wartawan juga Beliau menjawab dengan kerendahan hati,"Saya harus mau diserang."
Prabowo tidak mengungkit-ungkit Jokowi yang tengah berbangga diri sebagai kepala daerah yang konon dengan segudang Prestasi. Walau Prabowolah orang pertama yang pernah mengusungnya.
Sejarah mencatat pengorbanan Prabowo untuk bangsanya. Mempertahankan NKRI dengan darah dan nyawanya. Itu terjadi berulang kali. Di pertempuran Timor Timur, dalam misi Impossible pembebasan sandera sipil di Mapenduma. Penangkapan 2 Agen berkulit putih tahun 1984 yang menyulut Disintegrasi Papua.
Sungguh Prabowo adalah sosok yang kita harapkan bisa menyatukan elemen-elemen yang berserakkan di negeri ini. Usai debat Capres Cawapres, Prabowo dengan penuh kerendahan hati masih mau memeluk hangat Jokowi dan Jusuf Kalla yang mencoba mempermalukannya di media TV, disaksikan sekian juta rakyat Indonesia.
Aku tak mau memperbincangkan semua itu kepada capres dan cawapres yang bukan nomor Urut 1 itu. Tapi mungkinkah Jokowi dan Jusuf Kalla bisa kuajak duduk di kantin Bandara?.
Bandara Hang Nadim Batam, 11 Juni 2014
Oleh: Antho Bandara
(dari berbagai sumber)